Home | Artikel

Diskusi Bersama Siswa SMAN 1 Bodeh dan Kepala SLBN 2 Pemalang tentang Kelompok Rentan dan Marginal


Diposting pada tanggal 27 Agustus 2022

Bodeh - SMAN 1 Bodeh menghadirkan pembicara dari SLB Negeri 2 Pemalang dalam kegiatan pengimplementasian dan pengkontekstualisasi P5 (Projek Penguatan Profil pelajar Pancasila).

Adapun Bapak Widi Nuroso selaku Kepala SLB Negeri 2 Pemalang bertindak sebagai narasumber, kemudian Ibu Siti Nuryani, S.Ag. bertindak sebagai pembawa acara dan Bapak Wuryono, S.Pd. sebagai moderator  dalam kegiatan yang berlangsung di Aula SMAN 1 Bodeh, Jumat (26/8/2022).

Kegiatan tersebut untuk berdiskusi tentang konsep privilise, inklusi sosial, kelompok rentan dan marginal dan diikuti oleh seluruh siswa kelas X atau Fase E.

Kepala SMAN 1 Bodeh, Cici Riyani, S.Pd., menyampaikan kepada siswa supaya mengikuti kegiatan diskusi dengan baik dan memperhatikan apa yang disampaikan oleh narasumber.

Dalam paparannya, Bapak Widi menjelaskan bahwa siswa-siswi yang bersekolah di SLB adalah anak difabel, berkebutuhan khusus, yang lebih sering disebut dengan ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Jumlahnya relatif lebih sedikit dibanding dengan siswa yang bersekolah pada umumnya.

Dengan segala kekurangan yang dimiliki, ABK tetap mendapatkan hak untuk belajar. Bahkan mereka mendapatkan perlakuan istimewa dari bapak dan ibu gurunya.

"Tidak ada seorangpun yang ingin terlahir cacat dan tidak ada satupun orang tua yang ingin anaknya lahir cacat", kata beliau.  

Namun terkadang, ABK seolah menjadi kelompok yang terpinggirkan karena mempunyai kekurangan. Sebenarnya kita tidak boleh membedakan ataupun mengejek kekurangan yang dimiliki anak berkebutuhan khusus.

Justru kita harus merangkul dan membantu membangkitkan rasa percaya diri agar mereka tidak minder dan dapat bergaul bersama. Sejatinya dibalik kekurangan yang dimiliki ABK tersimpan kelebihan yang mungkin tidak dimiliki oleh anak normal.

Siswa SMAN 1 Bodeh antusias dalam kegiatan diskusi tersebut, beberapa siswa mengajukan pertanyaan kepada narasumber. Siswa menanyakan bagaimana pembelajaran yang dilakukan di SLB? Apakah kurikulumnya berbeda? Apakah siswa memiliki ketrampilan setelah lulus?

Menurut Bapak Widi, pembelajaran dilakukan dengan mengelompokkan ABK berdasarkan kekurangan yang dimilik, sehingga memudahkan guru untuk mengajar. Kurikulum tentu berbeda, selama di sekolah, ABK mendapatkan ketrampilan sehingga setelah lulus mereka bisa survive.

Dari diskusi bersama ini diharapkan seluruh siswa SMAN 1 Bodeh akan lebih mensyukuri nikmat Allah atas sehatnya fisik dan psikis yang mereka miliki, mempunyai empati yang lebih terhadap orang lain, menghargai perbedaan yang ada di sekitanya dan mempunyai jiwa sosial yang tinggi serta rasa kasih sayang kepada sesama.

FOTO DOKUMENTASI:

 

Versi cetak
# kurikulum merdeka, # p5, #sman 1 bodeh

Artikel Terkait